Aku sering merasa kesepian. Selalu. Hidupku cuma terbentuk dari ruang
3×3 meter dengan pendingin ruangan yang sesekali meneteskan air karena
bocor. Berkeliling tumpukan kertas yang terserak. Kabel yang semberaut.
Air mineral. Dan tisu-tisu bekas yang belum juga masuk ke dalam
tong-tong sampah terdekat.
Sore
kemarin. Di bawah teduh awan yang mendung, dalam langit yang mulai
gelap dan menghitam, kepada seorang teman yang telah aku anggap dekat,
aku katakan: AKU KESEPIAN. Aku katakan perasaanku
tentang hati orang-orang, mereka yang mendekat saat kita menjadi hebat
dan tidak ada yang mengunjungi saat kita bukan lagi apa-apa.
Aku melihat manusia dengan sudut pandang yang sinis. Terkadang
ironis. Hiperbola. Personifikasi. Oh, sudahlah, ini kita bukan bercerita
tentang majas. Aku melihat manusia sebagai sekelompok makhluk yang
hidup dari satu kepentingan kepada kepentingan yang lain. Saat dia
perlu, dia hadir, saat tidak, maka semuanya serasa sampah.
Tidak semua memang. Sebagian hadir dalam wujud yang tulus, namun
kebanyakan memang demikian praktiknya. Sosokmu ada karena kamu itu
dianggap penting.
Kepada temanku itu, aku katakan juga
bahwa temanku tidak banyak. Aku tidak tahu harus mengeja nama siapa saat
aku berada di dalam lubang sunyi itu. Sedari dulu, aku hidup di dalam
dunia yang begitu sepi. Teman-teman terbaikku, tidak hadir dalam jarak
yang berdekatan, kecuali cuma sedikit dari mereka.
Aku butuh banyak orang yang berkumpul bersamaku bukan karena mereka
sedang membutuhkan aku, namun aku ingin seseorang yang memang
menjadikannya aku sebagai teman yang mereka sayangi. Masalahnya adalah
aku ini pemalas. Aku malas membina hubungan, aku malas untuk memulai.
Aku terlalu takut, gugup, tidak percaya diri untuk mulai memberikan
tangan sebagai awal mula persahabatan. Sebangsa, aku ini pecundang.
Di kedai-kedai kopi, saat aku duduk, aku menatap ke mata orang-orang,
berusaha mengeja setiap detail retina mereka, melihat tentang masa-masa
yang mereka habiskan dalam hidup. Apakah ada kesetiaan di sana,
ketulusan, kesetiakawanan. Apakah senyum dan tawa mereka, itu hadir dari
sekian tahun persahabatan atau cuma terbentuk dari suatu hubungan yang
sarat kepentingan.
Aku iri dengan orang-orang yang hidup dengan banyak teman. Orang-orang yang selalu dibantu oleh kebanyakan orang.
Aku kesepian. Di antara milyaran manusia, mungkin teman baikku cuma
mampu dihitung dengan jemari tangan. Aku memang tertutup, tetapi bukan
justifikasi bahwa aku tidak membutuhkan orang-orang, terlebih
sebenar-benarnya seorang teman.
SUMBER:
1 komentar:
off white outlet
supreme clothing
supreme new york
air jordan
yeezy
off white nike
Golden Goose Deluxe Brand
supreme clothing
off white outlet
off white
Posting Komentar
Please Leave Your Comment :)