OLEH
WIDYAWATI
17111393
3KA30
UNIVERSITAS GUNADARMA
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Dr. Budi Santosa
Bila Ingin Berhasil Harus Fokus
(dari Tabloid Universitas Gunadarma “UG News” edisi 217)
Budi Santosa, seorang lulusan SMA
dari Klaten dan berkuliah D3 Program Teknik Sipil. Tak pernah menyangka jika beliau
akan mendapat gelar doktor. Setelah lulus dari D3, beliau melanjutkan kuliah
Strata 1 di Universitas Gunadarma. Sejak awal beliau berpikir bahwa
konsekuensinya bergabung di UG, akan menjadi dosen. Padahal, beliau sangat
sulit berkomunikasi dengan orang lain. Menjadi dosen tentu harus bisa berbicara
di depan mahasiswa. Maka, sejak itulah beliau mulai belajar dan mempersiapkan
dirinya untuk mengajar dengan baik.
Dengan tekad dan kerja kerasnya, beliau
pun memetik hasilnya. Kini, beliau menjadi dosen di UG dan sudah mampu
berkomunikasi dengan baik di depan khalayak banyak. Dan setelah sekian tahun beliau
bergelut dengan dunia pendidikan, beliau merasa cocok dan pas dengan hidupnya.
Pada tahun 2001, beliau
melanjutkan studi Strata 2 nya di Program Pasca Sarjana Teknik Sipil
Universitas Indonesia. Lalu selesai pada tahun 2004. Tahun 2007, beliau
ditunjuk sebagai Wakil Kepala Lab. Lanjut Teknik Sipil dan melanjutkan studi
Strata 3 nya di Universitas Diponegoro.
Lima tahun menjalani program
doktor merupakan momen berat dalam hidupnya, karena beliau harus pulang pergi
Bogor-Semarang selama 3 tahun untuk kuliah dan mengajar. Meski begitu, ia tetap
semangat dan menjalaninya dengan begitu kuat.
Tahun 2009, beliau mengajukan
proposal disertasinya yang berjudul, “Pengembangan Metode Entropy Untuk Prediksi Debit Aliran Model Suatu Sungai
dengan Data Aliran Terbatas”. Karena dianggap menarik, proposal tersebut
diajukan UNDIP ke DIKTI untuk diikutkan pada Program Sandwich di Colorado State
University, AS.
Setelah beliau melakukan riset di
AS dan kembali ke Indonesia, beliau bertekad untuk menyelesaikan disertasinya
untuk membanggakan almamater kampusnya dan keluarga besarnya. Beliau adalah
satu-satunya orang yang berhasil gelar doktor di kampung halamannya. Beliau
sempat mengalami masa-masa sulit untuk menyelesaikan S3 nya. Namun beliau
berkesimpulan bahwa, betapa pintarnya sesorang, kalau tidak fokus maka akan
gagal. Maka, bila ingin berhasil harus fokus.
Tahun 2010, penelitiannya
mendapat bantuan dana dari DIKTI. Beliau sangat bersyukur. Dan pada akhirnya,
beliau berhasil lulus dari Program Doktor dan mendapat nilai cumlaude. Namun
karena masa kuliahnya lebih dari 5 tahun, beliau urung mendapar gelar cumlaude.
Beliau tak mempermasalahkannya, karena baginya, beliau sudah lega dan bisa
mengabdi lebih banyak lagi bagi
institusinya.