Jumat, 02 Januari 2015

Teknologi Sensor Fingerprint, Solusi Keamanan Data Pada iPhone


Fitur "slide to unlock", PIN, password, hingga online payment, semua hal yang berkaitan dengan manajemen keamanan di perangkat mobile bisa diubah dengan adanya sensor sidik jari. Itulah salah satu fitur terbaru yang dibenamkan Apple pada produk ponsel termutakhirnya, iPhone 5S.

Sebagaimana dikutip dari Read Write Web, sensor bernama "Touch ID" ini berpotensi menyelesaikan dua masalah dalam sekali tepuk, yaitu kebutuhan pengguna mengunci perangkatnya dan kerepotan dalam membuka kunci itu, misalnya memasukkan kode PIN tiap kali melakukan unlock.

Touch ID diintegrasikan pada tombol "Home" di bagian muka iPhone 5S. Sidik jari di lapisan kulit sub-epidermal pengguna dipindai menggunakan sensor 500 ppi yang tebalnya hanya 170 mikron. Hasil scanning (pemindaian) beresolusi tinggi itu kemudian dipakai sebagai acuan software dalam mengidentifikasi karakter-karakter spesifik dalam sidik jari.

Tombol Home merangkap Touch ID itu dikelilingi oleh cincin logam yang mendeteksi apabila pengguna sudah menyentuhkan jari untuk dipindai. Jadi, sensor sidik jari hanya akan aktif ketika pengguna hendak memakainya saja sehingga menghemat daya.

Apple melapisi tombol yang bersangkutan dengan kristal safir, yang tak hanya berfungsi sebagai pelindung, tetapi sekaligus sebagai lensa untuk sensor di baliknya.

Keamanan dan privasi

Touch ID agaknya dirancang agar memudahkan dalam mengakses fitur keamanan di iPhone. Jari pengguna bisa dipindai hanya dengan menekan tombol "Home" dari arah mana pun.

Mekanisme pemindaian ini tak perlu dipelajari secara spesifik serta mampu menyimpan pindaian sidik jari beberapa orang sekaligus. Jadi, orang lain yang diizinkan pun bisa membuka kunci iPhone, misalnya sesama anggota keluarga.

Akurasi sensor akan semakin meningkat dengan semakin seringnya pemindaian sidik jari dilakukan sehingga memperkecil kemungkinan gagal saat pemindaian. Kalaupun itu terjadi, iPhone 5S masih bisa diakses dengan password atau PIN.

Akan tetapi, Touch ID memerlukan jari tangan yang bersih dan kering untuk bisa berfungsi dengan baik.

iPhone 5S akan meminta password apabila perangkat tersebut di-restart atau dibiarkan dalam kondisi terkunci selama lebih dari 48 jam. Konon hal tersebut dimaksudkan untuk mencegah hacker mengulur-ulur waktu ketika berusaha melewati pemindai sidik jari. Password juga digunakan sebagai backup untuk berjaga-jaga.

Disebutkan pula bahwa pemindaisidik jari iPhone bisa mendeteksi  tanda-tanda kehidupan untuk memeriksa apakah jari yang digunakan benar merupakan jari sungguhan yang masih tersambung ke tangan atau tidak.

Soal privasi, Apple telah menjelaskan bahwa hasil pindaian sidik jari disimpan di prosesor A7 iPhone 5S dalam bentuk "data yang terenkripsi". Di sini, data tersebut dikunci dan tidak bisa diakses oleh software lain. Data sidik jari juga tidak diunggah ke server Apple ataupun iCloud.

Ada pula kekhawatiran bahwa Badan Keamanan Nasional Amerika Serikat (NSA) bisa menyadap data sidik jari pengguna dari Apple. Kalau klaim Apple tentang penyimpanan lokal data sidik jari itu benar adanya, ketakutan tersebut mungkin kurang beralasan, walaupun tetap mungkin terjadi.

Akan tetapi, jikapun benar NSA atau penjahat cyber bisa dan akan menyadap sidik jari pengguna, bukankah itu berarti data sensitif lain yang lebih rawan bisa diperoleh dengan sama mudahnya? Misalnya saja, data kartu kredit, PIN, data lokasi GPS, dan informasi lain-lain yang digunakan dalam transaksi online sehingga seharusnya menjadi kekhawatiran yang lebih besar dibanding data sidik jari.

Apabila pengguna masih merasa kurang nyaman dengan kunci sidik jari, fitur ini bisa dimatikan sepenuhnya.

Pemanfaatan dalam e-commerce

Ketika pengguna ingin melakukan hal-hal seperti membeli aplikasi di App Store, barulah data sidik jari dikonversikan oleh iPhone 5S menjadi digital signature untuk memberikan otorisasi. Tak perlu lagi menghapal nomor identifikasi atau kata kunci lalu susah payah mengetiknya.

Ini membuka kemungkinan baru di bidang e-commerce. Selain mempermudah transaksi karena lebih praktis, boleh jadi layanan dan toko-toko aplikasi lain juga akan tertarik mengembangkan dukungan fitur pemindaian sidik jari apabila hal tersebut ternyata populer di App Store, iTunes, dan iBooks.

Business Insider melansir bahwa tujuan sebenarnya dari Apple menerapkan Touch ID bukanlah untuk mengatasi masalah keamanan di ponsel, melainkan di akun online yang digunakan untuk berbelanja.

E-commerce di mobile selama ini kurang dipercaya konsumen, apalagi kalau ponsel yang bersangkutan juga berfungsi sebagai dompet atau kartu kredit digital. Bagaimana kalau sampai dicuri lalu dimanfaatkan orang tak bertanggung jawab?

Touch ID adalah solusi untuk persoalan di atas. Kepraktisan yang diusungnya sekaligus menghilangkan masalah lain, yaitu kerepotan konsumen memasukkan kode PIN atau password berkali-kali setiap akan bertransaksi. Apple disebut kehilangan banyak uang karena konsumen sering lupa dengan password App Store mereka.

Tertutup untuk pihak ketiga

Wakil presiden senior pemasaran global Apple Phil Schiller mengungkapkan bahwa teknologi pemindai sidik jari iPhone tertutup untuk pihak ketiga, paling tidak untuk saat ini.

Di satu sisi, kebijakan tersebut membatasi kesempatan pemanfaatan Touch ID untuk pengembang aplikasi di luar Apple. Namun, di sisi lain, penutupan akses aplikasi lain memperkecil kemungkinan data sidik jari di dalam ponsel dicuri oleh program jahat. Boleh jadi, pembatasan tersebut memang mutlak diterapkan untuk menjaga kemanan data sidik jari.

Masih terlalu awal untuk menyimpulkan apabila Touch ID benar-benar aman dan tidak bisa diretas atau dikibuli. Sudah pasti banyak yang akan mencoba untuk menjebol sistem keamanan baru Apple ini. Taruhannya adalah reputasi dan bisnis e-commerce Apple.

iPhone 5S sendiri bukanlah smartphone pertama yang menanamkan fitur pemindai sidik jari. Sebutan tersebut selayaknya dialamatkan pada Motorola Atrix yang muncul pada 2011.

Kunci sidik jari konon memang sesuai dengan visi almarhum pendiri Apple. "Keharusan menyapukan jari dan memasukkan kode PIN adalah hal yang dibenci Steve Jobs karena mengganggu kenyamanan pakai," ujar Sebastien Taveau, Chief Technology Officer Validity Sensors.

Sumber:

1 komentar:

Please Leave Your Comment :)